Belajar MEMINTA MAAF dan MEMAAFKAN
“Ogah,
ah gengsi dong minta maaf duluan” atau “udah terlalu sering nyakitin hati,
ngapain juga dimaafin. Nanti kebiasaan”.
Hayoo,
termasuk yang manakah kalian?. Sahabatku, aku juga sama seperti dirimu. Pernah
menyakiti dan disakiti orang lain. Sejatinya saat kita menyakiti orang lain,
sebenarnya kita tengah menyakiti diri sendiri, dengan perasaan bersalah yang
akan muncul setelahnya. Tapi hingga suatu ketika, aku merasa enggan memaafkan
kesalahan seseorang, meski mulut berkata sudah memaafkan tapi hati belum mau
memaafkannya. Yang terjadi dada terasa sesak karena perasaan yang tak kunjung
tenang, gelisah. Bahkan perasaan bersalah itu jadi berbalik kepada kita.
Lalu, aku berusaha membujuk hatiku,
mencoba melawannya dengan mencoba meminta maaf terhadap seseorang tersebut. Sulit
sekali, ada saja halangan maupun alasannya. Tapi aku bertekad kalau tidak hari
ini, kalau tidak saat ini juga, bagaimana jika aku meninggal besok tanpa sempat
meminta maaf. Akhirnya kuberanikan, berhasil. Setelah itu, perasaanku
berangsur-angsur membaik tapi kok masih mengganjal ya?. Apa yang salah? Mungkin
minta maafnya hanya agar dianggap rendah hati saja? Ah, ternyata belum tulus. Ah,
tapi kan dia yang salah. Syukur-syukur aku mau minta maaf juga. Namun, Perasaan
tak enak dihati masih ada,bukan? Bercampur cemas dan gelisah, bahkan melihatnya
(seseorang itu) saja langsung sesak didada.
Maka, aku mencobanya sekali lagi
dengan harapan perasaan bersalahku akan hilang, aku benar-benar ingin mengalah
dengan egoku. Aku menemuinya, meminta maaf atas kesalahanku. Meminta maaf
dengan perasaan menyesal. Mencoba meneriaki amarahku dengan mengulang-ngulang
kata maaf sampai aku yakin permintaan maafku telah menyentuh sampai kehatinya
dan kehatiku juga. Kita bisa merasakan, saat mengatakan permintaan maaf
tersebut hati kita menjadi sangat lega dan tenang sekali. Setiap kata maaf yang
terucap seolah membuka simpul-simpul mati. Dengan kita mendahulukan meminta
maaf sebenarnya kita tengah menciptakan ketenangan dalam hati kita dan orang
lain. Be a good creator.
Sahabatku, memaafkan itu sungguh
amat terpuji, memaafkan itu baik sekali, namun meminta maaf itu jauh lebih
baik. Belajarlah, mendahulukan meminta maaf meski orang itu yang salah
sekalipun. Karena sebagai manusia kita harus menyadari setiap orang pasti
pernah melakukan kesalahan, begitupun diri kita. Memaafkan dan meminta maaf itu
merupakan akhlak mulia dan setiap orang
punya hak yang sama untuk menjadi mulia.
Quotes:
“Saat kita memutuskan memaafkan
seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Apakah
orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang
karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati.” (Tere Liye)
Komentar
Posting Komentar